PUISI
A. Definisi Puisi
Puisi merupakan bentuk karya sastra yang terikat oleh rima, ritme,
ataupun jumlah baris dalam bait, serta ditandai oleh bahasa yang padat
B. Unsur intrinsik puisi
Unsur intrinsik puisi meliputi unsur isi dan unsur bentuk
Unsur isi puisi
1. Tema : pokok pikiran puisi
2. Amanat : pesan yang ingin disampaikan oleh penulis
3. Nada : sikap penyair terhadap pembaca dalam puisi
4. Perasaan : perasaan penyair dalam puisi
Unsur bentuk puisi
1. Larik : kalimat yang ada dalam puisi
2. Bait : kumpulan larik atau baris
3. Pertautan antar bait : hunbungan antar bait
4. Rima : persamaan bunyi
5. Diksi : pilihan kata
Berdasarkan zamannya, puisi bisa dibedakan menjadi puisi lama, puisi
baru, dan puisi kontemporer. Hampir semua puisi lama dibuat dengan
sangat terikat pada aturan-aturan yang meliputi: 1) jumlah kata dalam 1
baris, 2) jumlah baris dalam 1 bait, 3) persajakan (rima), 4) banyak
suku kata tiap baris, dan 5) irama (ritma).
C. Puisi Lama
1. Mantra
Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu
pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak
berkaitan dengan adat dan kepercayaan.
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
2. Bidal
Bidal adalah bahasa berkias untuk mengungkapkan perasaan yang
sehalus-halusnya, hingga orang lain yang mendengarkan harus mendalami
dan meresapi arti serta maksud dalam hatinya sendiri, biasanya berisi
nasihat, sindiran, peringatan, dan sebagainya. Menurut penggunaannya
bidal bisa diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu:
a Pepatah, adalah kiasan tepat yang berupa kalimat sempurna dan pendek,
pada mulanya dimaksudkan untuk mematahkan pembicaraan orang lain.
Contoh:
– Buruk muka cermin dibelah.
– Anjing menyalak takkan menggigit.
– Besar bungkus tak berisi.
b Perumpamaan, adalah majas yang berupa perbandingan dua hal yang pada
hakikat berbeda, tetapi sengaja dianggap sama (secara eksplisit
dinyatakan dengan kata-kata pembanding umpama, bak, bagai, seperti,
ibarat, dsb). Contoh:
– Soraknya seperti gunung runtuh.
– Wajahnya laksana bulan kesiangan.
– Seperti mendapat durian runtuh.
c Ibarat, adalah perbandingan dengnan seterang-terangnya dengan keadaan
alam sekitarnya, yang mengandung sifat puisi di dalamnya. Contoh:
– Hendaklah seperti tembikar, pecah satu pecah semua.
– Ibarat bunga, segar dipakai layu dibuang.
– Bagai anak ayam kehilangan induk, selalu saja dalam kebingungan.
d Amsal, adalah kalimat pendek untuk mengajarkan suatu kebenaran.
Contoh:
– Biar badan penat, asal hati suka.
– Boleh dipelajari, jangan diikuti (untuk sesuatu yang jelek).
e Tamsil, adalah kiasan pendek yang bersajak dan berirama, seperti
pantun kilat atau karmina. Contoh:
– Ada ubi ada talas, ada budi ada balas.
– Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi.
– Dekat kabut mata tertutup, dekat maut maaf tertutup.
f Pemeo, adalah kata-kata atau kalimat-kalimat singkat baik yang
mengandung ejekan atau semangat, yang ditiru dari ucapan seseorang, dan
kemudian sering diucapkan atau dipakai dalam masyarakat. Contoh:
– Sekali merdeka, tetap merdeka!
– Maju terus, pantang mundur!
– Rawe-rawe rantas, malang-malang putung!
3. Pantun. Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan
membudaya dalam masyarakat.
Ciri – ciri Pantun :
a Setiap bait terdiri 4 baris
b Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
c Baris 3 dan 4 merupakan isi
d Bersajak a – b – a – b
e Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
f Berasal dari Melayu (Indonesia)
Contoh :
Ada pepaya ada mentimun (a)
Ada mangga ada salak (b)
Daripada duduk melamun (a)
Mari kita membaca sajak (b)
a. Macam-macam Pantun dilihat dari Bentuknya
Pantun Biasa, pantun biasa sering juga disebut pantun saja.
Contoh :
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
Seloka (Pantun Berkait), Seloka adalah pantun berkait yang tidak
cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas
beberapa bait.
Ciri-ciri Seloka:
– Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris
pertama dan ketiga bait kedua.
– Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama
dan ketiga bait ketiga dan seterusnya
Contoh Seloka:
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan
Talibun, Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat
baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya. Jika satu
bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi. Jika
satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat
isi. Jadi apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c. Dan bila
terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
Contoh Talibun:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari
Induk semang cari dahulu
Pantun kilat ( karmina ) Pantun ini disebut juga pantun dua
seuntai. Pantun kilat atau karmina atau pantun dua seuntai adalah pantun
yang hanya terdiri atas dua larik, yaitu larik pertama sebagai sampiran
dan larik kedua isinya. Sebenarnya berasal dari empat larik, yang tiap
larik bersuku kata empat atau lima, lalu kedua larik itu diucapkan
seolah-olah sebuah kalimat.
Ciri-ciri Karmina :
– Setiap bait terdiri dari 2 baris
– baris pertama merupakan sampiran
– Baris kedua merupakan isi
– Bersajak a – a
– Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
Contoh :
Pisang kepok
pisang berbiji,
Anak mondok,
diambil istri.
Lalu dijadikan:
Pisang kepok, pisang berbiji
Anak mondok, diambil istri
b. Macam-macam Pantun Dilihat dari Isinya
Pantun anak-anak
Contoh :
Elok rupanya si kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang
Pantun orang muda
Contoh :
Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua
Pantun Orang Tua
Contoh :
Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
Pantun Jenaka
Contoh :
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga
Pantun Teka-Teki
Contoh :
Kalau puan, puan cemara
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki
Jalan-jalan ke Pasar Batu
Jika buntu jalan ke desa
Jika tuan cerdik waskita
bunga apa tak pernah layu
4. Gurindam. Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil
(India)
Ciri-ciri Gurindam:
a Tiap bait terdiri daari dua baris/larik
b Sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst.
c Hubungan baris pertama dan kedua membentuk hubungan sebab akibat
d Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau
menampilkan suatu sebab akibat.
Contoh :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
5. Syair, Syair adalah puisi lama yang berasal dari Arab.
Ciri – ciri Syair :
a Setiap bait terdiri dari 4 baris
b Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
c Bersajak a – a – a – a
d Isi semua tidak ada sampiran
e Berasal dari Arab
Contoh :
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Negeri bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja tiada terukur (a)
Raja bernama Darmalaksana (a)
Tampan rupawan elok parasnya (a)
Adil dan jujur penuh wibawa (a)
Gagah perkasa tiada tandingnya (a)
6. Kit’ah Adalah puisi arab yang berisi nasihat – nasihat
7. Gazal Adalah puisi arab yang berisi cinta kasih
8. Nazam Puisi arab yang berisi cerita hamba sahaya, raja, sultan,
pangeran atau bangsawan istana
9. Ruba’i adalah puisi arab yang berkaitan dengan nasihat
10. Masnawi adalah puisi arab yang berisi puji-pujian tentang tingkah
laku seseorang yang mulia
D. Puisi Baru adalah puisi yang sudah mulai meninggalkan aturan-aturan
penulisan seperti pada puisi lama. Hanya saja dalam puisi baru masih
memperhatikan jumlah baris dalam tiap baitnya
1. Jenis puisi baru berdasarkan bait, irama, rima
Puisi baru Indonesia lahir tahun dua puluhan oleh para pujangga Angkatan
pra-Pujangga Baru, antara lain, Muhammad Yamin dan Rustam Effendi.
Puisi baru bebas rima dan irama, tetapi jumlah larik tiap bait masih
diperhatikan. Puisi ini hanya terikat oleh jumlah larik tiap bait.
Jenis puisi baru Indonesia, antara lain:
a Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi
dua seuntai). Contoh:
Hang Tuah
Bayu berpuput alam bergulung
Bayu berebut buih dibubung
Selat Malaka ombaknya memecah
Pukul memukul belah membelah
Bahtera ditepuk butiran dilanda
Penjajab dihantuk halauan ditunda
Oleh Amir Hamzah
b Tersina, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris
(puisi tiga seuntai). Contoh:
Cinta
Dalam ribuan pagi bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Bersinar bagai cendana
Dalam bahagia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mengwarna bagai sari
Oleh Sanusi Pane
c Kuatren adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi
empat seuntai).
Contoh:
Sebab Dikau
Kasih kuhidup sebab dikau
Segala kuntum mengoyak kepak
Membunga cinta dalam hatiku
Mewangi sari dalam jantungku
….
Oleh Amir Hamzah
d Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi
lima seuntai).
Contoh:
Satu-satu perasaan
Yang saya rasakan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
(Or Mandank)
e Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris
(puisi enam seuntai). Contoh:
Di kelam hitam mengepung
Menjerit peluit kereta malam
Merintih ke langit
Derita hidup mengepung
Menjerit bangsaku sedang berjuang
Merintih ke langit
(Nursyamsu)
f Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris
(tujuh seuntai).
Contoh:
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulaudi lautan hijau
Gunung-gemunung bagus rupanya
Dilimpahi air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya.
(Muh. Yamin)
g Stanza / Oktava, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan
baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
Contoh:
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa sendiri
Bertambah halus, akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupaan teduh tenang.
(Sanusi Pane)
h Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang
terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua
bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto
(Itali) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi dapat
dikatakan bahwa soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia soneta
masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muh. Yamin dan Roestam
Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai
”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi
tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih
mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan
adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
Soneta (dari Itali), syarat-syaratnya sebagai berikut.
– Terdiri 14 baris, terbagi atas dua kuatren (oktaf) dan dua tersina
(sekstet).
– Oktaf (8 baris I) melukiskan alam (sampiran), sekstet (6 baris ke II)
kesimpulan dari apa yang dikiaskan pada oktaf.
– Peralihan dari oktaf ke sekstet disebut volta.
– Rima akhirnya: a b b a (kuatren I); a b b a (kuatren II); a d c
(tersina I); d c d (tersina II)
Soneta Inggris (soneta Shakespeare) syarat-syaratnya sebagai berikut.
– terdiri atas tiga kuatren dan satu distikon.
– Inti sarinya terkandung dalam distikon yang disebut cauda/koda (ekor).
Rumus akhirnya:a b a b / c d c d / e f e f / g g.
Contoh:
Gita Gembala
Lemah gemulai lembut derana
Bertiuplah angin sepantun rebut
Menuju gunung arah ke sana
Membawa awan bercampur kabut
Dahan bergoyang sambut menyambut
Menjatuhkan embun jernih warnanya
Menimpa bumi beruap dan lembut
Sebagai benda tiada berguna
Jauh di sana diliputi awan
Terdengar olehku bunyi nan rawan
Seperti permata di dada perawan
Alangkah berahi rasanya jantung
Mendengarkan bunyi suara kelintung
Melagukan gembala membawa untung
(Muh. Yamin)
i Sanjak Bebas, adalah suatu bentuk sanjak yang tidak dapat diberi
nama dengan nama-nama yang sudah tertentu baik dalam puisi lama maupun
puisi baru. Yang dipentingkan dalam jenis ini adalah kandungan isi bukan
bentuk. Kandungan isi dimaksudkan sebagai ekspresi bebas dari jiwanya,
dari pengungkapan rasa pribadinya. kalau perlu bahasa pun dapat tunduk
kepada isinya. Sanjak-sanjak ini merupakan salah ciri angkatan 45,
sebuah salah satu perwujudan dari gelora jiwanya.
Contoh:
Aku
Kalau sampai waktuku
’Ku mau tak seorang ’kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Sanjak karya Chairil Anwar di atas menggambarkan pemberontakan jiwanya,
semangat hidupnya yang menuntut kebebasan.
2. Jenis Puisi baru berdasarkan isinya dibagi sebagai berikut:
a Balada. Balada adalah puisi yang berisi kisah cerita.
b Romance.Romance ialah puisi yang berisi luapan perasaan kasih sayang
terhadap kekasihnya.
c Elegi. Elegi ialah sajak atau puisi bersedih-sedih, suara sukma yang
meratap-ratap, batin yang merintih.
d Ode. Ode ialah sajak yang berisi pujian dan sanjungan terhadap
seseorang yang besar jasanya dalam masyarakat, seseorang yang dianggap
pahlawan bangsa karena darma baktinya kepada nusa dan bangsa.
e Himne. Himne ialah sajak pujian kepada Tuhan atau sajak keagamaan.
f Epigram. Epigram ialah sajak yang berisi ajaran hidup, semangat
perjuangan.
g Satire. Satire ialah sajak yang berisi kritik atau sindiran yang pedas
atau kepincangan-kepincangan yang terlihat dalam masyarakat
E. Puisi Kontemporer
Puisi Kontemporer adalah puisi yang sudah tidak menggunakan kaidah
penulisan puisi pada umumnya, puisi kontemporer sudah jauh lebih bebas
dari segala aturan seperti yang ada pada puisi lama dan bahkan puisi
baru. Puisi kontemporer biasanya mengutamakan isi daripada bentuknya.
Misalnya, rima, irama dan yang lainnya, tidak lagi terlalu diperhatikan
dalam penyusunan puisi kontemporer.
Puisi kontemporer adalah bentuk puisi kekinian. Puisi tidak lagi
dipandang sebagai karya sastra yang terikat oleh bentuk dan rima, tetapi
sebuah puisi diciptakan untuk menyampaikan gagasan. Chairil Anwar
dipandang sebagai pelopor revolusi bentuk puisi. Baginya bentuk puisi
itu tidak penting. Yang penting adalah ujud pengucapan bantin.
Sebenarnya puisi-puisi Chairil Anwar pun sudah dapat dikatakan sebagai
puisi kontemporer karena bentuk fisik puisinya menjadi contoh
penyair-penyair berikutnya, bahkan sampai sekarang. Namun, istilah
kontemporer sendiri mulai poluper pada era 70-an. Sutardji Calzoum
Bahcri sebagai pelopornya.
Sutarji Calzoum Bachri menulis puisi menempatkan bentuk fisik puisi
dalam kedudukan yang terpenting. Pengulangan kata dan bunyi adalah
kekuatan puisinya. Sutardji ingin mengembalikan puisi pada pada
hakikatnya, yaitu sebagai doa. Bentuk doa selalu ada persamaan ritma
layaknya sebuah mantra.
Puisi Kontemporer lebih mengutamakan unsur fisiknya karena lebih
mementingkan tipografi dengan gambar atau bentuk grafisnya (Waluy, 1995:
5-22). Sutardji Calzum Bachri dianggap sebagai pembaharu dunia puisi
Indonesia dan termasuk pelopor puisi Kontemporer. Sutardji mementingkan
bentuk fisik (bunyi). Ulangan kata, frasa,dan bunyi menjadi kekuatan
puisinya.
Meskipun puisi kontemporer telah bebas dari segala aturan seperti yang
mengikat pada puisi lama dan bahkan puisi baru, tetapi ia tetap
berbentuk puisi yang memiliki perbedaan dengan karya sastra yang lain.
Karya sastra puisi tetap menggunakan bahasa yang singkat dan padat.
Pemilihan kata atau diksi dalam puisi juga harus sangat selektif dan
ketat. Kehadiran kata-kata dan ungkapan dalam puisi harus diperhitungkan
dari berbagai segi, seperti makna, kekuatan citraan, dan jangkauan
simboliknya.
Puisi kontemporer bisa dibedakan menjadi beberapa ragam sebagai berikut:
1. Puisi Tanpa Kata, yaitu puisi yang sama sekali tidak menggunakan kata
sebagai alat ekspresinya. Sebagai gantinya di gunakan titik-titik,
garis, huruf, atau simbol-simbol lain.
2. Puisi Mini Kata, yaitu puisi kontemporer yang menggunakan kata dalam
jumlah yang sangat sedikit, dilengkapi dengan symbol lain yang berupa
huruf, garis, titik, atau tanda baca lain.
3. Puisi Multi Lingual, yaitu puisi kontemporer yang menggunakan kata
atau kalimat dari berbagai bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa
asing.
4. Puisi Tipografi, yaitu puisi kontemporer yang memandang bentuk atau
wujud fisik puisi mampu memperkuat ekspresi puisi. Bahkan wujud fisik
puisi dipandangg sebagai salahh satu unsure puisi, sebagai suatu tanda
yang memiliki makna tertentu, yang tidak terlepas dari keseluruhan makna
puisi.
5. Puisi Supra Kata, yaitu puisi kontemporer yang menggunakan kata-kata
konvensional yang dijungkir-balikkan atau penciptaan kata-kata baru yang
belum pernah ada dalam kosakata bahasa Indonesia. Puisi macam ini lebih
mementingkan aspek bunyi dan ritme, sehingga merangsang timbulnya
suasana magis (cenderung sebagai puisi mantra).
6. Puisi Idiom Baru. Puisi ini dibedakan dengan puisi konvensional
terutama oleh penggunaan idiom-idiom baru yang terdapat didalamnya.
Puisi idiom baru tetap menggunakan kata sebagai alat ekspresinya, tetapi
kata tersebut dibentuk dan diungkapkan dengan cara baru, diberi nyawa
baru. Digunakan idiom-idiom baru yang belum pernah dijumpai sebelumnya.
7. Puisi Mbeling. Puisi ini pada umumnya mengandung unsur humor,
bercorak kelakar. Dalam puisi ini sering terdapat unsure kritik,
terutama kritik sosial. Puisi mbeling tidak meng’haram’kan penggunaan
suatu kata. Semua kata mempunyai hak yang sama dalam penulisan puisi
ini.
Contoh puisi kontemporer karya Sutardji
Tradi Winka dan Sihka
kawin
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
winka
winka
winka
sihka
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
sih
ka
sih
ku
Dalam puisi di atas bentuk grafis sangat dipentingkan penyair, bukan
hanya penyair menulis dengan bentuk zigzag, tapi juga penyair ingin
menyampaikan gagasan lewat pengulangan kata yang dibolak-balik. Di
sinilah kenapa Sutardji dipandang sebagai bapak pembaharu puisi
kontemporer karena dia sudah berani mengobok-obok bentuk puisi lama yang
dalam penyampaianya selalu dalam bentuk bait empat baris.Dalam bentuk
fisik puisi yang tidak biasa itu Sutardji menyampaikan gagasan lewat
kata yang sederhana menjadi sangat rumit dan bermakna. Kata yang ditulis
hanya kawin dan kasih. Namun, di tangan Sutardji kedua kata itu menjadi
kata yang luar biasa yang mempunyai makna tersembuyi di balik bentuk
zigzag dan bolak-balik kata. Tanpa membuat kata tersebut kehilangan
makna.
Contoh lain sajak kontemporer yang mementingkan bentuk fisik adalah
karya Ibrahim Sattah
Firman
: Kun
(buat tanda salib)
Adalah malaikat yang dekat denganMu yang duduk dalam
halaMu yang senantiasa sujud yang senantiasa kabut telah lebih dulu raga
tatkala berkabar Engkau kepadanya.
dan
Allah tiada Tuhan selain Dia
dan
Adam yang tak sedap diam
dan
iblis
mematahkan alif
dan
pohon tegahan
membuahkan
firman
dan
angin
dan
api
dan
debu
dan
air
mengalir
dari sabda-Nya
dan
sihir
Yang meniup dengan ludah
Di bumi ini pun
hadir
: Aku mengetahui apa yang kamu tidak
ketahui
Tuhankuberikan padaku
Firman
Itu
1974
Contoh puisi kontemporer:
Amuk
Ngiau! Kucing dalam darah dia menderas
Lewat dia mengalir ngilu ngiau dia ber
Gegas lewat dalam aortaku dalam rimba
Darahku dia besar dia bukan harimau bu
Kan singa bukan hiena bukan leopar dia
Macam kucing bukan kucing tapi kucing
Ngiau dia lapar dia menambah rimba af
Rikaku dengan cakarnya dengan amuknya
Dia meraung dia mengerang dangan beri
Daging dia tak mau daging jesus dangan
Beri roti dia tak mau ngiau.
contoh di atas adalah bentuk puisi kontemporer yang sampai sekarang
banyak ditiru oleh penyair-penyair muda yang berbakat. Jika puisi lama
lebih lebih menunjukan kesimbangan peranan bentuk fisik yang ditonjolkan
pada rima, dengan bentuk batin, puisi baru lebih menonjolkan bentuk
batin dan gagasan, sedangkan puisi kontemporer lebih menonjolkan
struktur fisik dalam menyampaikan gagasan.
F. Menganalisis Puisi
1. Menyebutkan tema puisi
Tema puisi adalah dasar, jiwa, atau isu utama yang menjadi pijakan
terciptanya puisi. Tema puisi merupakan salah satu unsur intrinsik
puisi. Unsur intrinsik puisi adalah unsur-unsur yang ada dalam puisi,
baik tersurat maupun tersirat. Unsur-unsur tersebut, antara lain,tema,
diksi, rima, makna, dan amanat. Untuk memahami tema puisi, Anda harus
memahami unsur-unsur intrinsik puisi tersebut. Cobalah pahami puisi
berikut!
Bungaku Bersemi
Karya: Ach. Makmun Baqir
Bungaku kini bersemi
setelah sewindu terkurung
di lembah sunyi.
Dedaunan yang berguguran
reranting yang dahulu kering
kini telah biru kembali
membentuk singgasana
di tengah pusaran angin.
Tiada sia-sia kiranya
kusirami taman
di kala kemarau murka.
Bungaku kembali bersemi
hatiku kini bersemi.
2. Menjelaskan makna puisi
Makna puisi adalah arti atau maksud atau isi yang terkandung dalam puisi
yang dapat ditangkap oleh pembaca sesuai tingkat pengalaman dan
pengetahuannya. Oleh karena itu, makna puisi akan berbeda-beda manakala
penafsirnya tidak sama. Bahkan, bukan tidak mungkin akan bertolak
belakang. Dalam penafsiran, pasti akan ada unsur subjektivitas.
Kedewasaan, kemantapan pengalaman, dan pengetahuan penafsir akan
menentukan mutu rumusan makna puisi. Dengan demikian, hanya penyairnya
yang tahu makna persis puisi tersebut.
Beberapa hal yang berkaitan dengan apresiasi puisi adalah pemahaman
terhadap unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik puisi meliputi
tema, diksi, bait/larik, rima, makna, amanat. Adapun unsur ekstrinsiknya
adalah latar belakang penulis, keadaan masyarakat pada saat puisi
tersebut digubah, sosial, politik, adat, dan sebagainya. Untuk lebih
meningkatkan daya apresiasi Anda terhadap puisi, cobalah pahami makna
puisi berjudul ”Bungaku Bersemi”
G. Membaca pusi
Membaca puisi merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk
mengapresiasi atau menghargai, menghayati, dan menikmatinya. Dalam
pembacaan puisi perlu diperhatikan lafal, tekanan/stres, intonasi,
volume suara, dan penampilan/performa yang mencakup gaya dan sikap
(untuk pembacaan yang disaksikan langsung atau di atas panggung).
a Lafal adalah cara seseorang mengucapkan atau menuturkan bunyi bahasa.
Jika lafal seseorang baik, aka bunyi bahasa yang diucapkannya akan mudah
dan jelas ditangkap oleh pendengar.
b Tekanan/stres/aksen adalah keras lembutnya pengucapan kata, kalimat,
atau baris dalam puisi. Maksud adanya aksentuasi adalah untuk menegaskan
bagian-bagian yang dirasa lebih penting daripada bagian lain.
c Intonasi atau lagu kalimat adalah ketepatan tinggi rendah nada dalam
pembacaan puisi sehingga suara pembaca tidak monoton tetapi berirama.
Intonasi sebenarnya merupakan gabungan dari berbagai unsur, di antaranya
nada, tempo, irama/ritme, tekanan, dan volume suara.
dapat pula mengunjungi
http://sugikmaut.blog.com/?p=25
http://www.scribd.com/lelosrh/d/19174256-PUISI
Senin, 23 April 2012
Kamis, 22 Maret 2012
Mendengar dan Kominikasi yang Efektif
Seni Mendengar
Banyak orang bisa 'berkata', namun
sedikit yang mau 'mendengar'.
Padahal jika kita mau kembali ke hukum
alam, seharusnya kita harus lebih
banyak mendengar daripada bicara.
Bukankah Tuhan memberi kita dua
telinga dan hanya satu mulut? :-)
Begitupun jika kita saksikan pada bayi
yang baru lahir. Indra pendengaran
lebih dulu berfungsi daripada yang
lainnya. Lalu, mengapa mendengar lebih
susah daripada berbicara?
Meski secara kasat mata mendengar
adalah hal yang gampang, namun nyatanya
banyak orang yang lebih suka
didengarkan daripada mendengarkan.
Banyak orang bisa 'berkata', namun
sedikit yang mau 'mendengar'.
Padahal jika kita mau kembali ke hukum
alam, seharusnya kita harus lebih
banyak mendengar daripada bicara.
Bukankah Tuhan memberi kita dua
telinga dan hanya satu mulut? :-)
Begitupun jika kita saksikan pada bayi
yang baru lahir. Indra pendengaran
lebih dulu berfungsi daripada yang
lainnya. Lalu, mengapa mendengar lebih
susah daripada berbicara?
Meski secara kasat mata mendengar
adalah hal yang gampang, namun nyatanya
banyak orang yang lebih suka
didengarkan daripada mendengarkan.
Mendengarkan merupakan bagian esensi
yang menentukan komunikasi efektif.
yang menentukan komunikasi efektif.
Tanpa kemampuan mendengar yang bagus,
biasanya akan muncul banyak masalah.
Yang sering terjadi, kita merasa bahwa
kitalah yang paling benar. Kita tidak
tertarik untuk mendengarkan opini yang
berbeda dan hanya tergantung pada cara
kita.
Selalu merasa benar, paling kompeten,
dan tidak pernah melakukan kesalahan.
Duh... malaikat kali! :-)
Jika kita selalu merasa bahwa diri kita
benar, dan cara kitalah yang paling
tepat, itu berarti kita tidak pernah
mendengarkan.
Ide dan opini kita sangat sukar untuk
diubah jika fakta tidak mendukung
keyakinan kita. Bahkan kalau ada fakta
pun kita mungkin hanya akan sekedar
meliriknya saja.
Mungkin saat ini kita nyaman dengan
cara kita, tapi untuk jangka waktu yg
panjang, orang-orang akan menolak dan
membenci kita.
Jika kita mau mulai mendengarkan
orang lain, maka suatu saat kita akan
menyadari kesalahan kita. Jawaban
untuk mengatasi sifat ini adalah
mengasah skill mendengar aktif.
Mendengar tidak selalu dengan tutup
mulut, tapi juga melibatkan partisipasi
aktif kita. Mendengar yang baik bukan
berharap datangnya giliran berbicara.
Mendengar adalah komitmen untuk
memahami pembicaraan dan perasaan lawan
bicara kita. Ini juga sebagai bentuk
penghargaan bahwa apa yang orang lain
bicarakan adalah bermanfaat untuk kita.
Pada saat yang sama kita juga bisa
mengambil manfaat yang maksimal dari
pembicaraan tersebut.
Seni mendengar dapat membangun sebuah
relationship. Jika kita melakukannya
dengan baik, orang-orang akan tertarik
dengan kita dan interaksi kita akan
semakin harmonis.
Berikut teknik mudah yang dapat
dipraktekkan oleh Supendi dengan sangat
wajar untuk menjadi seorang pendengar
yang baik :
biasanya akan muncul banyak masalah.
Yang sering terjadi, kita merasa bahwa
kitalah yang paling benar. Kita tidak
tertarik untuk mendengarkan opini yang
berbeda dan hanya tergantung pada cara
kita.
Selalu merasa benar, paling kompeten,
dan tidak pernah melakukan kesalahan.
Duh... malaikat kali! :-)
Jika kita selalu merasa bahwa diri kita
benar, dan cara kitalah yang paling
tepat, itu berarti kita tidak pernah
mendengarkan.
Ide dan opini kita sangat sukar untuk
diubah jika fakta tidak mendukung
keyakinan kita. Bahkan kalau ada fakta
pun kita mungkin hanya akan sekedar
meliriknya saja.
Mungkin saat ini kita nyaman dengan
cara kita, tapi untuk jangka waktu yg
panjang, orang-orang akan menolak dan
membenci kita.
Jika kita mau mulai mendengarkan
orang lain, maka suatu saat kita akan
menyadari kesalahan kita. Jawaban
untuk mengatasi sifat ini adalah
mengasah skill mendengar aktif.
Mendengar tidak selalu dengan tutup
mulut, tapi juga melibatkan partisipasi
aktif kita. Mendengar yang baik bukan
berharap datangnya giliran berbicara.
Mendengar adalah komitmen untuk
memahami pembicaraan dan perasaan lawan
bicara kita. Ini juga sebagai bentuk
penghargaan bahwa apa yang orang lain
bicarakan adalah bermanfaat untuk kita.
Pada saat yang sama kita juga bisa
mengambil manfaat yang maksimal dari
pembicaraan tersebut.
Seni mendengar dapat membangun sebuah
relationship. Jika kita melakukannya
dengan baik, orang-orang akan tertarik
dengan kita dan interaksi kita akan
semakin harmonis.
Berikut teknik mudah yang dapat
dipraktekkan oleh Supendi dengan sangat
wajar untuk menjadi seorang pendengar
yang baik :
1. Peliharalah kontak mata dengan
baik.
Ini menunjukkan kepada lawan bicara
tentang keterbukaan dan kesungguhan
kita
Ini menunjukkan kepada lawan bicara
tentang keterbukaan dan kesungguhan
kita
2. Condongkan tubuh ke depan.
Ini menunjukkan ketertarikan kita
pada topik pembicaraan. Cara ini
juga akan mengingatkan kita untuk
memiliki sudat pandang yang lain,
yaitu tidak hanya fokus pada diri
kita.
Ini menunjukkan ketertarikan kita
pada topik pembicaraan. Cara ini
juga akan mengingatkan kita untuk
memiliki sudat pandang yang lain,
yaitu tidak hanya fokus pada diri
kita.
3. Buat pertanyaan ketika
ada
hal yang
butuh klarifikasi atau ada informasi
baru yang perlu kita selidiki dari
lawan bicara kita.
butuh klarifikasi atau ada informasi
baru yang perlu kita selidiki dari
lawan bicara kita.
4. Buat selingan pembicaraan
yang
menarik. Hal ini bisa membuat
percakapan lebih hidup dan tidak
monoton.
menarik. Hal ini bisa membuat
percakapan lebih hidup dan tidak
monoton.
5. Cuplik atau ulang beberapa
kata
yang diucapkan oleh lawan bicara kita.
Ini menunjukkan bahwa kita memang
mendengarkan dengan baik hingga hapal
beberapa cuplikan kata.
yang diucapkan oleh lawan bicara kita.
Ini menunjukkan bahwa kita memang
mendengarkan dengan baik hingga hapal
beberapa cuplikan kata.
6. Buatlah komitmen untuk
memahami
apa yang ia katakan, meskipun kita tidak
suka atau marah. Dari sini kita akan
mengetahui nilai-nilai yang diterapkan
lawan bicara kita, yang mungkin berbeda
dengan nilai yang kita terapkan.
Dengan berusaha untuk memahami, bisa
jadi kita akan menemukan sudut pandang,
wawasan, persepsi atau kesadaran baru,
yang tidak terpikirkan oleh kita
sebelumnya.
Seorang pendengar yang baik sebenarnya
hampir sama menariknya dengan pembicara
yang baik. Jika kita selalu pada pola
yang benar untuk jangka waktu tertentu,
maka suatu saat kita akan merasakan
manfaatnya.
Prosesnya mungkin akan terasa lama dan
menjemukan, tapi lama-kelamaan akan
terasa berharganya upaya yang telah
kita lakukan. Kita akan merasa lebih
baik atas diri kita, hubungan kita,
teman-teman kita, anak-anak kita,
maupun pekerjaan.
apa yang ia katakan, meskipun kita tidak
suka atau marah. Dari sini kita akan
mengetahui nilai-nilai yang diterapkan
lawan bicara kita, yang mungkin berbeda
dengan nilai yang kita terapkan.
Dengan berusaha untuk memahami, bisa
jadi kita akan menemukan sudut pandang,
wawasan, persepsi atau kesadaran baru,
yang tidak terpikirkan oleh kita
sebelumnya.
Seorang pendengar yang baik sebenarnya
hampir sama menariknya dengan pembicara
yang baik. Jika kita selalu pada pola
yang benar untuk jangka waktu tertentu,
maka suatu saat kita akan merasakan
manfaatnya.
Prosesnya mungkin akan terasa lama dan
menjemukan, tapi lama-kelamaan akan
terasa berharganya upaya yang telah
kita lakukan. Kita akan merasa lebih
baik atas diri kita, hubungan kita,
teman-teman kita, anak-anak kita,
maupun pekerjaan.
Kesimpulan: Jadilah pendengar yang
baik, karena sifat ini bisa menjadi
kunci untuk mengembangkan pikiran
yang positif, dan merupakan salah satu
tangga Supendi untuk mencapai kesuksesan! :-)
Minggu depan saya akan mengirimkan
artikel tentang "Tips Bagaimana
Menciptakan Perubahan"
So, cek selalu emailnya, dan tunggu
tulisan dari saya berikutnya! :-)
baik, karena sifat ini bisa menjadi
kunci untuk mengembangkan pikiran
yang positif, dan merupakan salah satu
tangga Supendi untuk mencapai kesuksesan! :-)
Minggu depan saya akan mengirimkan
artikel tentang "Tips Bagaimana
Menciptakan Perubahan"
So, cek selalu emailnya, dan tunggu
tulisan dari saya berikutnya! :-)
Rabu, 21 Maret 2012
MAKALAH CERPEN DARI JAWA POS KARYA M. SHOIM ANWAR BERJUDUL SULASTRI DAN EMPAT LELAKI DAN SINOPSISIS GALAU PUTRI CALON ARANG KARYA GALAU FEMMY SYAHRANI DAN YULYANA OLEH SUPENDI
CERPEN DARI JAWA POS KARYA
M. SHOIM ANWAR
BERJUDUL SULASTRI DAN EMPAT LELAKI
DAN
SINOPSISIS GALAU PUTRI CALON ARANG
Ini Disusunkan
Untuk Memenuhi Tugas Pembelajaran Sastra
Mata Kuliah
Psikolinguistik
Dosen
Pembimbing:
Sariban, M.Pd.
Oleh: Supendi
NIM: 09321332
UNIVERSITAS
ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
2012
Sulastri dan
Empat Lelaki
SUPENDI, PBSI, 5B
SORE, ANGKATAN 2009
Laut menghampar dari pantai hingga
batas tak terhingga. Ini adalah laut
merah. Ombak besar tak juga datang. Hanya semacam geligis bergerak dipermukaan.
Udara terasa panas. Butir-butir pasir digoreng matahari. Tak ada peneduh yang
berarti. Pantai mengyengat sepanjang garisnya. Dermaga yang menjorok ke tengah
tampak dalam kehampaan. Tiang-tiang pengikat seperti tak pernah jenuh menanti
kapal-kapal yang merapat dari negeri
jauh melalui lautan Hindia atau Terusan Suez, atau dari negeri sebelah barat,
mungkin Mesir, Sudan, Eritrea, atau angkutan domestik yang memilih jalur laut.
Di bibir Laut Merah, dari Yaman hingga perbatasan Jordania, cuaca terasa
membara.
Sementra tak jauh dari sebelah utara
sana terlihat sekelompok bangunan dirimbuni pohon-pohon kurma. Burung-burung
datang dan pergi dari sana. Seekor Gagak masih nampak mnenuju arah ke sananya.
Sedangkan beberapa burung laut berpunggung perak bertebrangan menyiisiri di
depan posnya. Sesekali dia meninggalkan tempatnya beberapa meter, mungkin membunuh
kejenuhan, lantas kembali ke tempat semula.
Perempuan itu masih juga berdiri di
atas tanggul. Pada ujungnya yang terkesan patah karena belum selesai, dia
menatap ke arah laut. Tubuhnya tampak jauh memucat karena tinggi tanggul jauh
dari permukaan tanah. Dia telah naik dengan agak susah setelah bersembunyi pada
bangunan patung-patung abstrak yang menyebar di wilayah pantai. Dengan cepat
dia berjalan mengikuti alur tanggul. Makin lama makin tinggi karena tanah
pemijaknya mengalami abrasi. Sekarang dia berada di ujungnya. Perempuan itu kini melihat ke bawah. Ada rasa
merinding di tengkuknya. Ketika melihat ke bawah.
“Hai..!” seru polisi dari arah pos.
perempuan tadi menoleh dengan tatapan dingin, tak nmenjawab. Tampak ada sesuatu
yang mengusik dirinya. Polisi berjalan mendekat sambil telunjuknya
diacung-acungkan ke kiri kanan. Bibir perempuan tadi seperti mau bergetar.
“Ismiy Sulastri. Ana
Indonesiya,” kata perempuan tadi
terbata-bata, menunjukkan nama dan
asalnya.
“Sulastriy…?” sang polisi menegaskan.
Perempuan itu mengangguk.
“ Wa maadzaa sataf’aliina ya
Sulasriy?” Sang polisi kembali bertanya apa yang akan dikerjakan Sulasri.
Perempuan itu tak menjawab. Polisi berbaret biru dan berkulit gelap itu memberi
isyarat agar sulastri turun dari tanggul.
“Na’am?” lelaki itu meminta.
“Laa,” Sulasri menggeleng pelan.
Permintaan diulang beberapa kali.
Sulastri tetap menolak untuk turun. Sang polisi mulai kehilangan kesabaran.
Raut wajahnya yang cokelat gelap tampak menegang. Dia berjalan cepat menuju
patahan tanggul yang belum selesai, kemudian menaiki bongkahan-bongkahan batu.
Terdengar dia menyeru kembali. Muncul keawatiran pada diri Sulastri. Ketika polisi itu hampir sampai ke atas
tanggul, Sulastri bergerak menjauh, makin cepat dan cepat. Sang pulisi mengikuti dengan langkah cepat
pula.keduanya tampak seperti berkejaran. Sampai di ujung, Sulastri menyelinap
kembali pada area patung-patung abstrak. Polisi pun kembali ke posnya.
Sulastri tahu, polisi tak akan
menangkap tanpa imbalan. Dia hanya menghindar sesaat dari tindakan fisik.
Polisi tak mungkin menyerahkannya pada kedutaan untuk dideportasi. Seperti juga
teman-teman senasib, sulastri menggelandang. Kalau ingin ditangkap dan
dideportasi, dia harus bergabung dengan bebebrapa teman, mengumpulkan uang setidaknya
seribu riyal per orang, lalu diserahkan kepada para perantara yang bekerja ala mafia. Para perantara inilah
yang akan menghubungi polisi agar menangkap sekumpulan orang yang sudah diatur
tempat dan waktunya. Dari seribu riyal per orang, konon polisi akan menerima
tujuh ratus riyal per orang, sisanya untuk para perantara. Polisi akan mengirim
orang-orang tangkapan ini ke kedutaan dengan surat deportasi. Kedutaanlah yang
berkewajiban menerbangkan mereka ke tanah air. Celakanya, ketika uang sudah diserahkan,
tapi penangkapan tak kunjung tiba. Lebih celaka lagi, para perantara ternyata
dari negeri Sulastri sendiri.
Cuaca makin panas. Laut Merah tampak
berkilau-kilau memantulkan sinar matahari hamparan pasir mendidih, meliuk-liuk
di permukaan. Sejenak angin bertiup tipis. Serpihan-serpihan sampah bergerak
menjauhi pantai. Di ujung tanggul Sulastri kembali berdiri. Persis di tempat
yang tadi ditinggalkan. Sang polisi melihatnya dari kejauhan. Kali ini lelaki
itu tak ingin repot . bibirnya mengatup hingga kumisnya tampak makin tebal.
Di bibir Laut Merah, Sulasti
teringat ketika tercenung di tepi Bengawan Solo. Dari desa Tegal Rejo dia
menatap keseberang sungai ke arah desa Titik. Tampak ada kuburan yang dirinduni
pepohonan besar. Di sana ada seseorang lelaki bertapa menginginkan kehadiran
benda-benda pusaka, membiarkan istri dan anaknya jatuh bangun mempertahankan
nyawa. Lelaki itu bermana Markam, suami Sulastri. Suatu kali Markam pulang
dengan berenang menyeberangi Bewngawan Solo.
”Sudah dapat?” tanya sulastri.
Seperti biasa, markam tak menjawab. Wajahnya tampak pucat. Kumis dan jenggotnya
memanjang menutup sepasang bibir yang bungkam. Tetesan air masih jatuh dari
pakaiannya yang basah.
“Tanam tembakau di tepi bengawan
makin tak berharga. Permainan pabrik rokok. Aku tak sanggup begini terus.
Apakah anak-anak akan kau beri makan keris dan tombak tua?”
Kesabaran Sulastri mengikis. Kali
ini dia mengambil buku yang dulu sering dibaca dan diceritakan Markam. Buku
yang telah kumal itu disodorkan ke muka suaminya hingga menyentuh janggut.
“Kau bukan Siddartha, sang pertapa
Gotama dari kerajaan Sakya yang pergi bertapa meninggalkan kemewahan. Istri dan
anaknya ditinggal dengan harta berlimpah. Tapi kau meninggalkan kemelaratan
untuk aku dan anak-anka!”
Markam hanya menjulingkan bola
matanya, masuk ke dapur beberapa saat, mencari-cari sesuatu, kemudian pergi
kembali menyebrangi bengawan. Di siini, seorang suami mengabdikan hidupnya
untuk kuburan dan benda-benda pusaka yang tak kunjung tiba. Musium Trinil tempatnya
bekerja telah ditinggalkan begitu saja. Ini berawal saat dia menuruni lembah
berbatu di belakang museum itu. Dia menuju ke aliran Bengawan Solo yang curam.
Dari sana dia menghanyutkan diri hingga ke Tegal Rejo. Pertapaan pun dimulai
hingga kini.
“Bayangan sang suami mulai
menghablur. Sulastri kembali menatap hamparan laut. Burung-burung mengeluarkan
bunyi cericitnya sambil menyambar-nyambar. Gelombang mulai datang. Laut Merah
bergolak. Ada pulasan-pulasan dan gelembung udara naik ke permukaan. Makin lama
makin besar. Sulasri terjingkat. Sesosok gai sang penerkam sekonyong-konyong
nubcul dari dalam laut. Sulastri menjerit menyebut namanya.
“Firauuun…!”
Ya, Firaun. Lelaki bertubuh gempal
itu merayap menaiki tanggul. Otot-ototnya tampak kekar, wajahnya kotak, matanya
cekung, dan tubuhnya cenderung pendek, serta dada terbuka. Dengan pemakaina
gemerlap yang menutup pusar hingga lutut, Firaun telah sampai di atas tanggul.
Dia berdiri tegak sambil tertawa, mengibas-ngibaskan anggota badan.
Dihadapannya, tubuh Sulastri bergetar. Sendi-sendinya seperti hendak rontok.
Perempuan itu menoleh ke sana kemari dengan tergesa, mencari-cari orang yang
dikenal sebagi penolong. Di pos sana ada polisi. Sulastri bertriak padanya
untuk minta tolong. Tapi, sang polisi tak menberi reaksi berarti. Dia hanya
melambaikan tangan beberapa saat seperti mengucapkan selamat tinggal, kenmudian
kembali masuk pos.
“Tak usah takut hai budak!” kata
Firaun.
“Aku
bukan budak…”
“Ooo… siapa yang telah membayar
untuk membebaskanmu? Semua adalah milikku, semuanya adalah aku!”
Sulasrti tak menjawab. Dia terus
melangkah mundur sambil memulihkan diri. Sementara Firaun menggerak-gerakkan
lehernya untuk menghilangkan rasa penat. Sulasrti dengan cepat berbalik arah
dan berlari.
“Hai, jangan berlari! Kau datang ke
sini untuk menghambakan diri. Kau adalah budak milik tuanmu. Tunduklah ke
hadapanku!”
Sulasrti terus berlari. Firaun
melangkahkan kakinya, main cepat dan cepat, lalu berlari. Bunyi mendebam terasa
di atas tanggul. Dari kejauhan terlihat seperti gadis kecil dikejar raksasa.
Firaun menyeru-nyeru agar Sulasrti berhenti, tapi yang dikejar tak
menghiraukannya. Jarak pun makin dekat. Sulastri makin memeras tenaga. Polisi
penjaga pantai sudah pasti tak menolongnya. Sementara Firaun melejit makin
garang. Sulasrti meloncat dari atas tanggul.
Sulasrti terhenyak. Di depannya
muncul seorang lelaki setengah tua, rambut putih sebahu, tubuh tinggi besar, berjenggot
panjang. Lelaki itu mengenakan kain putih menutup perut hingga lutut. Ada
selempang menyilang di bahu kanannya. Wajahnya tampak teduh. Tangannya menbawa
tongkat dari kayu kering. Mulut Sulastri bergetar menyebut mana lelaki di
hadapannya, “ya, Musa…”
Lelaki itu manggut-manggut. Tangan
kirinya diangkat. Sementara Firaun yang tadi memburu tampak berdirikukuh di
atas tanggul. Angin bergolak di sana.
“Tolonglah saya, ya Musa,” pinta
Sulastri.
“Kau masik ke negeri ini secara
haram. Bagaimana aku bisa menolongmu?” jawab musa dengan suara besar menggema.
“Saya ditelantarkan suami, ya Musa.”
“Suamimu seorang penyembah berhala,
mengapa kau bergantung padanya?”
“Saya seorang perempuan.”
“Perempuan tahu laki diwajibkan
mengubah nasibnya sendiri.”
“Negeri kami miskin, ya Musa.”
“Kekayaan negerimu melimpah ruah.
Kau lihat, di sini kering dan tandus.”
“Kami tidak punya pekerjaan, ya
Musa.”
“Apa bukan kalian yang malas hingga
suka jalan pintas.”
“Kami menderita, ya Musa.”
“Para pemimpin negerimu serakah.”
“Kami tak kebagian, ya Musa.”
“Mereka telah menjarah kekayaan
negeri untuk diri sendiri, keluarga, golongan, serta para cukongnya.”
“Kami tidak memeroleh keadilan, ya
Musa.”
“Di negerimu keadilan telah menjadi
selogan.”
“Tolonglah saya, ya Musa…”
Sontak angin datang bergemuruh.
Lelaki yang dipanggil sebagai Musa menghablur dari pandangan Sulastri. Dari
atas tanggul Firaun tertawa makin keras dan berjalan turun. Sulastri berlari
kembali. Dia menuju ke polisi yang tadi dilihatnya. Langkahnya terasa lebih
berat karena menginjak pasir. Dia terengah-engah sampai di depan sang polisi.
“Wa maadzaa turiidiina aidlom?”
polisi bertanya apalagi yang diinginkan Sulastri.
“Tolong… tolonglah saya….”
Polisi menggeleng-geleng sambil
menunjuk-nunjuk ke tempat lain. Di bawah sinar matahari Sulastri terus berlari
menyisir bibir Laut Merah. Di belakangnya suara Firaun terdengar meraung-raung.
Makin dekat dan dekat. Bunyi mendebam sudah benar-benar di belakang Sulastri.
Dan Firaun memang hampir menangkapnya. Tangan Firaun yang kekar meraih baju
Sulastri dari belakang. Baju itu robek dan tertinggal di genggaman Firaun.
Sulastri terus memacu langkahnya yang hampir putus. Firaun makin menggeram.
Kali ini rambut Sulastriyang panjang dijambak dan ditarik kuat-kuat oleh Firaun.
Rambut itupun jebol dari akarnya.
Saat Sulastri oleng dan kehabisan
nafas, lelaki yang dipanggil sebagai Musa tiba-tiba muncul lagi di hadapanya.
Tapi, kali ini hadir sebagai siluet yang samar. Sulastri meraih dan memeluknya
sebagai jalan jalan terakhir untuk menyelamatkan diri dari kejaran Firaun. Saat
itu juga Sulastri merasakan ada benda digegamannya. Makin nyata dan nyata.
Benda itu adalah tongkat. Sulastri memegangnya kuat-kuat dengan kedua
tanganya.
Angin bertiup amat kencang
mengelilingi tubuh Sulastri. Dia merasakan tubuhnya menjadi amat ringan. Ada
kekuatan yang memompa dirinya. Sulastri berbalik arah. Ketika Firaun
menyeringai dan hendak menerkam, perempuan itu memukulkan tongkatnya ke tubuh
Firaun. Seperti sebuah tembikar yang pecah, tubuh Firaun menjadi
berkeping-keping di pasir. Tongkat itu terasa licin dan menggeliat lepas dari
tangan Sulastri. Bersamaan dengan itu angin kencang mengangkut ombak ke
daratan. Dar dalam laut Sulastri meliihat semacam ular besar menjulur dan
menyedot kepingan-kepingan tubuh Firaun. Dengan cepat binatang itu kembali ke
laut dibarengi suara gemuruh. Makin jauh dan jauh.
Sulastri mendapati dirinya bersimpuh
di pasir pantai. Tongkat yang tadinya dipegangnya ternyata tak ada. Ia bertanya
pada diri sendiri, apakah ini hanya sebuah mimpi. Dipandangnya laut luas tak
bertepi. Sulastri masih di sini, di tepi Laut Merah yang sepi, jauh dari
anaki-anak dan famili. Burung Elang melayang tinggi di atasnya, memekik
melengking ke telinga Sulastri.
Oleh : M. Shoim Anwar
Di Surabaya, September, 2011.
Sumber : Jawa Pos, Minggu, 6
November 2011
Diterbitkan oleh Gramedia Pustaka
Utama
Sekilas
Cerita
Cerita ini bermula di Dusun Girah,
sebuah desa kecil di Kerajaan Kahuripan. Tinggallah Calon Arang bersama
putrinya, Ratna Manggali. Calon Arang resah, karena hingga anak gadisnya
dewasa, tidak ada pemuda yang melamarnya. Padahal, Ratna Manggali adalah gadis yang
cantik, lagi baik.
Suatu hari, Ratna Manggali digoda
oleh seorang laki-laki yang diketahui telah beristri. Laki-laki itu bahkan
ingin melamar Ratna Manggali. Manggali menolak dengan halus, sebab ia tidak
suka sifat dan karakternya yang tidak baik. Tidak disangka, seketika itu juga
ia menyaksikan tubuh laki-laki itu terbakar oleh api yang besar dan
membunuhnya.
Calon Arang sangat menyayangi
putrinya. Karena itu, ia sangat marah bila ada orang-orang atau pemuda yang
merendahkan putrinya. Ia membuat teluh pada penduduk setempat yang berakibat
kematian. Hal itu meresahkan penduduk, dan akhirnya tersiar ke Raja Airlangga.
Airlangga mengutus prajurit terbaiknya untuk menumpas Calon Arang yang adalah
ibunya sendiri. Prajuritnya tidak mampu menandingi kesaktian Calon Arang. Calon
Arang semakin marah karena Airlangga hendak membunuhnya. Ia semakin gencar
mengirimkan teluh kepada seluruh penduduk negeri. Hal itu membuat Airlangga
resah, ia berdiskusi dengan Mpu Baradah, dan diputuskan untuk mengirimkan Bahula
untuk menikahi Ratna Manggali, namun tujuan utamanya adalah mengambil kitab
ilmu Calon Arang, sebab untuk menaklukkan ilmu Calon Arang, Mpu Baradah perlu
mempelajari kitab itu.
Singkat cerita, kitab ini berhasil
dibawa ke Mpu Baradah. Mpu Baradah bersama anak buahnya bertempur melawan Calon
Arang. Mpu Baradah berhasil membunuh Calon Arang, dan Kerajaan Kahuripan dibagi
menjadi dua kerajaan. Bagian Utara itu wilayah Daha, bagian Selatan itu wilayah
Kediri.
Kekuatan Sekaligus Kelemahan
Saya mencoba melihat dari sudut
pandang Calon Arang. Ia adalah seorang ibu. Ibu yang mengayomi dan melindungi.
Tentunya tidak mudah hidup sebagai seorang janda dengan seorang anak perempuan.
Saya menyebut beruntung Calon Arang adalah keluarga bangsawan. Cerita ini akan
berbeda bila Calon Arang adalah orang biasa yang tidak punya latar belakang
bangsawan dan ilmu tinggi.
Sebagai seorang ibu, ia memastikan
bahwa calon suami anaknya kelak adalah orang yang baik. Pada dasarnya ia juga
ingin meneruskan keturunan keluarganya dari Ratna Manggali. Apakah ada
pembedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan? Dalam hal ini Calon Arang
membela anak perempuannya. Ia tidak menginginkan Ratna Manggali menjadi perawan
tua, tapi tidak ingin juga orang/pemuda lain menghina Ratna Manggali. Inilah
kekuatan Calon Arang.
Janda dan Perawan Tua. Peristilahan
ini diwakili oleh Calon Arang dan Ratna Manggali. Sebuah ketakutan sekaligus
sekaligus menjadi alat yang ampuh? melukai hati perempuan. Sosok Calon
Arang tak mau terjebak dengan stereotip negatif tersebut.
Etis tidak etis
Walau dalam cerita ini, Calon Arang
adalah seorang musuh Raja, namun ia masih menunjukkan sikap dewasa. Sebagai
contoh, ketika ia menerima Bahula menjadi calon menantunya. Ia tahu dalam
hatinya bahwa Bahula ada utusan Raja Airlangga yang mencoba membunuhnya. Ia
juga tahu bahwa motivasi Bahula datang ke Dusun Girah adalah semata-mata karena
perintah Mpu Bharada, bukan atas nama cinta.
Setiap tindakan orang untuk meraih
tujuan, didasarkan pada motivasi atau alasan. Tinggal masing-masing kita
menilai, etiskah tindakan saya? Baik Raja Airlangga dan Calon Arang adalah
orang-orang yang berambisi mencapai tujuan. Calon Arang berambisi menghabisi
orang-orang yang menghina ia dan anaknya, sementara Airlangga berambisi untuk
menangkap Calon Arang demi mewujudkan Kerajaan Kahuripan yang damai sentosa.
Namun beberapa tindakan yang bisa kita nilai tidak etis adalah sebagai berikut.
Pertama, tindakan
Airlangga yang mengirimkan pasukan khusus untuk menumpas Calon Arang. Mengapa
ia tidak menyelidiki desas desus dulu sebelum mengambil keputusan menyerang?
Bukankah ia tahu bahwa Calon Arang adalah ibunya? Apakah tidak lebih baik
melakukan pendekatan secara kekeluargaan alih-alih kekerasan?
Kedua,
keputusan untuk mengirim Bahula menjadi menantu Calon Arang. Jelas-jelas
motivasi perkawinan itu untuk mendapatkan rahasia kekuatan Calon Arang.
Sepertinya Airlangga dan penasihatnya telah kehabisan akal. Menurut taktik
perang, strategi ini cukup jitu, sebab lewat jalur fisik (baca: perang) tidak
mungkin memeroleh kemenangan selain mengetahui dari dalam apa rahasia kekuatan
musuh. Toh di cerita selanjutnya, diceritakan kalau si Bahula akhirnya mengasihi
sepenuhnya Ratna Manggali.
Ketiga, Bahula
mengkhianati Calon Arang. Landasan utama perkawinan Bahula dengan Ratna
Manggali adalah kitab ilmu Calon Arang. Ia sendiri membujuk Ratna Manggali
untuk mengambil kitab ibunya, dengan alasan agar orang-orang tidak bertambah
banyak mati karena teluh Calon Arang. Seandainya cerita terus berlanjut,
bagaimana kelak ketika anak mereka menanyakan, "dimana nenekku?" Apa
jawab Bahula?
Keempat, mengapa
tidak Raja Airlangga sendiri yang datang ke Calon Arang, seraya memohon agar
ibunya tidak lagi mengirimkan teluh. Seharusnya, jika ia mengetahui apa yang
menjadi awal kemarahan Calon Arang, ia akan menghukum orang yang menghina ibu
dan saudara perempuannya. Teluh yang dilakukan Calon Arang seperti hukum
aksi-reaksi. Tidak akan ada teluh jika tidak ada pemicunya. Boleh jadi, teluh
yang dikirimkan adalah bentuk pembelaan diri.
Apakah tujuan "Demi Keutuhan
Bangsa dan Negara" masih relevan dengan penghilangan nyawa seseorang?
Entahlah pada masa cerita ini hal itu cukup wajar jika raja saking berkuasanya,
baginya biasa untuk melenyapkan orang-orang yang dianggap mengganggu. Bukankah
masih terjadi hal demikian di negeri kita ini? ketika masa pemerintahan Orde
Baru, tanpa pendekatan persuasif, adalah sebuah kejadian wajar jika orang-orang
yang dianggap menyebabkan disintegrasi menghilang tanpa jejak dan lenyap.
Warisan
Bagaimanapun, cerita Calon Arang meninggalkan warisan budaya bagi bangsa kita, terutama bagi Orang Bali. Calon Arang menjadi sosok yang kental untuk sebuah pertunjukan tari, teater dan upacara. Ilmu yang dimiliki Calon Arang diduga sekarang adalah yang dinamakanWikiLeak itu. Lukisan-lukisan yang
menggambarkan Calon Arang banyak dibuat oleh pelukis Bali. Dan prasangka
orang-orang pada Leak pun, tetap miring, yaitu perwujudan kekuatan jahat.
Apakah itu karena rupa Leak yang digambarkan di lukisan atau di pagelaran tari
jelek buruk rupa: mata membelalak, lidah panjang keluar, dan cakar panjang? Ah
entahlah.
Bagaimanapun, cerita Calon Arang meninggalkan warisan budaya bagi bangsa kita, terutama bagi Orang Bali. Calon Arang menjadi sosok yang kental untuk sebuah pertunjukan tari, teater dan upacara. Ilmu yang dimiliki Calon Arang diduga sekarang adalah yang dinamakan
Langganan:
Postingan (Atom)